Minggu, 15 Februari 2009

doa untuk kakek di sana



minggu, 7 februari 2009

Tiga hari yang lalu seminggu sudah mbah kakung ku "seda"..
Sebenarnya hal biasa mendengar kabar seperti itu.
Tapi kali ini bagiku berbeda.. kurang tau juga kenapa, tapi sekitar tujuh jam mbah kung mengalami "sakaratul maut"(kata bapak.red). Aku, bapak, adikku, bulik-bulik dan mbah uti menunggu dengan selalu mengucapkan kalimat "Alloh".
Yah..selama tujuh jam aku bersama adikku bergantian membacakan surat yassin, surat mulk, surat ar-rad', dan surat qhof. Aku kurang tau apakah surat-surat tersebut berpengaruh pada kesembuhan mbah kung. Yang pasti, sebelum sore tadi ada seorang wanita memberi catatan surat-surat tersebut tolong dibacakan di dekat mbah kung.
Sekitar satu jam sebelum kepergian mbah kung, aku beranjak dari kursi dan mushaf-ku. aku merasakan sakit pada perutku. kemudian aku menuju depan rumah sakit itu, ke rombong penjual soto "tamanan". Soto seharga 2500 yang lumayan enak. Mampu membuat perutku tidak rewel lagi. Setelah aku menikmatinya dengan paksa, karena saat itu aku tidak ada selera makan.
Kemudian aku pun membayar kepada penjualnya. Setelah ada tenaga, aku berencana kembali ke pavilliun musdalifah, pavilliun dari Rumah Sakit Islam Arafah Kediri dimana mbah kung dirawat. Ketika berjalan, aku melihat mushola aku berubah pikiran untuk melaksanakan kewajibanku dahulu, sholat isya'. Aku pun mengambil air wudlu dan melaksanakan sholat. Setelah selesai, tak lupa kupanjatkan doa semoga mbah kung segera mendapatkan apa yang terbaik untuk beliau.
"Saat ini mbah kung sedang kritis. Anak-anak beliau (termasuk bapakku) sedang berkumpul untuk menemani kakek yang sedang terbaring. Aku disini hanya bisa berdoa semoga mbah kung diberikan kesembuhan hingga aku bisa berjumpa kakek dan memeluknya lagi. Semua aku serahkan kepada Allah yang maha mengetahui. Jika memang sudah sampai waktunya, semoga Allah mengaruniakan kepada kakekku tercinta Khusnul Khatimah. Amin Ya Rabbal Alamin…"
Kemudian kembali aku menuju kamar ke-3 dari ujung.. aku memasuki kamar itu. aku melihat ada selang di dalam mutut mbah kung ku. Kenapa? kata seorang perawat mbah kung mengeluarkan lendir, sehingga mulutnya harus dimasuki alat seperti dot bayi yang berselang.
Sesak rasanya. Adikku masih saja membaca surat Yasiin. Aku kembali mengambil mushafku. kemudian ku buka surat Yasiin pula. Baru mndapat satu ayat. Bulik menyuruhku membungkus kaki mbah kung, beliau bilang kaki mbah kung dingin sekali. Ku tutup mushafku dan aku mengambil "jarik". ku bungkus kaki mbah kung. Setelah selesai Bulik berkata padaku, " Mbak, kok berhenti". Sambil menunjukkan ke dada mbah kung. Sepontan adikku langsung menghentikan ngajinya. Berlari keluar menuju ke ruang perawat. Aku masih diam melihat kung berhenti bernafas. mbah uti ku, baru selesai salam dan hanya bisa berdiri di tempat menunggu hasil periksa dari dokter.
Bapak juga demikian, bulik sesenggukkan.
belum ada satu menit periksa, dokterpun berkata " Ya..memang ini sudah takdir. bapakkya sudah di ambil oleh Alloh. "
Pecah tangis bulik. Bapak hanya diam. Aku dan adikku bergandengan erat. Dan mbah uti hanya berdiri.
Sekitar satu jam, kamar sudah bersih. Aku keluar bersama adikku menuju ambulan untuk menaruh barang-barang. selama berjalan melalui lorong, bapak mendekati ku dan akikku sambil berkata, "Bapak sekarang merasakan menjadi anak yatim..". Aku dan adikku hanya bisa mengangguk, meng-iyakan kata-kata beliau.
Dan kini telah berpulang Mbah kung Arsidi ke hadirat Alloh. Selamat jalan kung...

Untuk teman-teman yang masih mempunyai kung.. berbahagialah kalian saat kung selalu berkunjung ke rumah teman-teman semua. Membawa harmonika dan kemudian meniupnya untuk kalian Seperti apa yang dilakukan kung tiap berkunjung ke rumahku..


1 komentar:

Yudha Yuliardi mengatakan...

jadi inget 'enang'